Header Ads

Perbandingan Proses Membuat SIM di Dubai dan Indonesia Bak Bumi dan Langit



Sejak tanggal 16 November 2016, Satuan Polisi Lalu Lintas di seluruh Indonesia mulai mengadakan Operasi Zebra. Operasi ini dilakukan untuk menjaring pengendara kendaraan motor yang nakal. Mereka yang tidak menggunakan helm, tidak membawa SIM, STNK, dan kendaraan tidak sesuai standar akan diberhentikan dan dikenai tilang sesuai dengan pasal  yang dilanggar.


Hadirnya Operasi Zebra bagi beberapa orang seperti bencana di siang bolong. Mereka yang tidak memiliki SIM akan dikenai tilang dan harus menjalankan sidang. Akhirnya banyak dari pengendara jalan memilih jalan-jalan sempit atau jalan alternatif untuk menghindari adanya operasi yang dilakukan sejak pagi pada pukul 06.00.


Oh ya, masih tentang Operasi Zebra dan juga SIM. Sebenarnya membuat SIM di Indonesia itu tidaklah susah loh. Kalau dipersiapkan dengan baik, Anda bisa segera memilikinya. Coba deh tengok proses pembuatan SIM di Dubai, UEA ini. Dijamin kamu pasti beruntung tinggal di Indonesia dan segera mengurus SIM.


1. Pelatihan Sebelum Diadakan Tes

Tidak bisa dimungkiri lagi kalau alasan orang Indonesia membuat SIM adalah takut dengan polisi. Bukan untuk melengkapi prasyarat sebelum melakukan perjalanan di jalan raya. Akhirnya banyak masyarakat selalu menghindari jalur operasi pemeriksaan agar aman. Aksi seperti ini sebenarnya tidak benar dan bisa menyebabkan gangguan di jalan raya.


Pelatihan sebelum diadakan tes [image source]

Pelatihan sebelum diadakan tes [image source]

Sementara di Indonesia masih ribut dengan kucing-kucingan dengan polisi. Di Dubai justru penduduknya mulai sadar dengan keselamatan di jalan. Bahkan, ekspatriat yang bekerja di sana pun juga melakukan hal yang sama dengan melakukan pengurusan SIM dengan persyaratan yang panjang namun jelas.

Siapa saja yang ingin mendapatkan SIM dari Dubai harus melakukan pertemuan sebanyak 8 kali. Dalam pertemuan ini, seseorang akan diberi dasar-dasar pengetahuan tentang jalan raya, menyetir (mobil/motor), dan keselamatan di jalan raya. Semua orang termasuk ekspatriat yang telah memiliki SIM di negaranya.


2. Tes Tertulis dari Pengetahuan yang Telah Diberikan

Masih ingat dengan kartun Spongebob yang selalu ikut ke sekolah SIM namun selalu gagal baik pada tes tulis dan praktik? Di Dubai sistemnya nyaris sama seperti yang terjadi di Bikini Bottom. Siapa saja yang ingin mendapatkan SIM harus sekolah dahulu baru melakukan ujian tulis yang berisi banyak pengetahuan seputar jalan raya dan cara menyetir dengan baik dan benar.


Tes Tertulis [image source]

Tes Tertulis [image source]

Mereka yang sudah memiliki SIM di negaranya, harus ikut juga dalam tes tulis ini. Hal ini dilakukan karena bisa saja pengetahuan dan juga rambu lalu-lintas di Dubai berbeda di negara asal para pekerja atau pendatang itu.

3. Tes Praktik di Lapangan yang Penting

Tes praktik adalah sesuatu yang penting dan wajib dijalani oleh siapa saja. Semakin pandai seseorang dalam menjalankan kendaraan, maka dia akan cepat lulus. Bahkan biaya yang dihabiskan untuk tes praktik ini akan sangat kecil dan tidak membebani anggaran yang dimiliki. Kalau yang ikut tes tidak bisa menjalankan kendaraan dengan baik, mereka hanya akan buang-buang untuk sebuah kegagalan.


Tes Praktik di Lapangan [image source]

Tes Praktik di Lapangan [image source]

Di Indonesia, tes praktik dilakukan hanya untuk formalitas saja. Selama mereka terlihat mampu menjalankan kendaraan, SIM akan segera diberikan tanpa adanya babibu.  DI Dubai, SIM baru akan diberikan kalau seseorang telah mahir mengendarai kendaraan bermotor.

4. Biaya yang Harus Dikeluarkan

Biaya yang harus dikeluarkan untuk pembuatan di Indonesia bervariasi. Untuk kendaraan berat atau roda empat, biaya yang dibutuhkan sekitar Rp120.000,00 dan untuk sepeda motor sekitar Rp100.000,00. Biaya ini bisa naik dengan dengan sendirinya tergantung kebijakan atau kepengurusan. Kalau Anda menggunakan calo ya pasti berlipat-lipat harganya.


Biaya SIM [image source]

Biaya SIM [image source]

Di Dubai, biaya pembuatan SIM sangat mahal jika dibandingkan dengan Indonesia. Biaya untuk pertemuan atau belajar sebelum tes dipatok sekitar Rp3 juta. Sekali tes tulis, pelamar SIM akan dikenai tarif sekitar Rp200.000,00. Bagi mereka yang belum pernah tes praktik, satu kali tes praktik berkisar antara Rp2,4-8,2 juta. Jadi bisa dibayangkan kalau mengurus SIM di sana bisa memakan biaya hingga Rp12 juta, itu pun belum tentu lulus.

Inilah perbedaan kepengurusan SIM yang ada di Indonesia dan Dubai. Bagaimana, masih mau males-malesan mengurus SIM? Masih mending bayar ratusan ribu daripada belasan juta, kan? Prev


No comments:

Powered by Blogger.