Header Ads

Indonesia dan Ironi Manusia-Manusia Penimbun Sampah



Ada satu kalimat yang terus diajarkan oleh guru, agama, papan reklame, hingga poster-poster yang ditempel pada taman. Kalimat itu berbunyi: buanglah sampah pada tempatnya. Bukan buanglah sampah di tempat kamu berada. Atau buanglah sampah pada sungai, jalanan, atau laci-laci meja kerja yang Anda miliki di kantor.


Mirisnya meski sudah dipajang di mana-mana, sampah masih berserakan di mana-mana. Bahkan di dekat tempat sampah pun ada tumpukan kertas atau kaleng bekas minuman yang jatuh ke bawah. Tempat sampah yang disediakan seperti tidak ada gunanya karena tidak pernah dipakai. Orang-orang lebih suka langsung lempar lalu pergi.


Kalau kita berada di negara seperti Singapura, membuang sampah sembarang adalah bencana. Satu sampah yang dibuang dengan sembarangan akan dikenai denda sekitar SGD 600. Kalau seseorang membuang hingga 10 sampah setiap hari, bisa dihitung sendiri berapa dendanya jika dirupiahkan.


gunungan sampah [image source]

gunungan sampah [image source]

Jika saja aturan itu diterapkan di Indonesia, mungkin negara ini akan kaya raya. Bagaimana tidak, para bapak-bapak yang makan di warung suka melempar puntung rokok ke bawah lalu diinjak. Belum lagi sampah-sampah yang dihasilkan oleh mbak-mbak atau mas-mas yang pacaran di alun-alun. Mulai bungkus permen, cilok, hingga tusukan sate semua ada.

Ok, mari kita lupakan sejenak sampah-sampah yang ada di kota. Mari sedikit menengok ke sampah yang ada di lautan Indonesia.


Tahukah Anda kalau Indonesia adalah negara yang menyumbangkan sampah plastik paling banyak kedua di lautan setelah Tiongkok. Negeri yang kita cintai ini banyak membuang sampah berupa botol plastik, bungkus makanan, hingga kresek-kresek yang susah sekali mengurai di dalam air dan tanah. Akibatnya kawasan laut jadi tercemar sehingga mengganggu ekosistem secara menyeluruh.


sampah laut [image source]

sampah laut [image source]

Indonesia menyumbang sekitar 3,2 juta ton sampah plastik ke lautan. Jumlah itu kemungkinan terus meningkat mengingat kesadaran membuang sampah pada tempatnya masih sangat kecil. Orang-orang tidak peduli lagi dengan sampah yang dibuang karena menganggap satu biji sampah tidak akan berdampak apa-apa.

Selain masalah sampah plastik yang mencemari kawasan pesisir dan membunuh banyak spesies hewan. Indonesia juga mengalami darurat sampah mikroplastik. Sampah ini mengalir dari rumah-rumah, selokan, sungai, hingga akhirnya mencemari lautan. Dampak dari mikroplastik memang tidak terlihat dengan jelas. Namun, bahan yang banyak terkandung pada sabun cuci dan pasta gigi ini bisa mencemari perairan. Ikan-ikan akan menghisap mikroplastik dan membuatnya mengalami gangguan.


Dari tiga contoh di atas (sampah darat, sampah plastik di laut, dan mikroplastik) kita sudah seharusnya merasa tersindir. Sebagai manusia, terutama manusia yang tinggal di Indonesia, kita harus berusaha menjaga lingkungan dengan baik. Kalau perkara sampah tidak segera diselesaikan, jangan salahkan pemerintah kalau ada banjir atau laut-laut tidak bisa digunakan untuk berenang.


berselancar di dalam sampah [image source]

berselancar di dalam sampah [image source]

“Buanglah sampah pada tempatnya” bukanlah sesuatu yang susah untuk dilakukan. Yang perlu kita lakukan hanya berdiri lalu berjalan ke tempat sampah. Dengan usaha yang sangat kecil itu, kita sudah ikut menjaga bumi ini dari kehancuran yang disebabkan oleh sampah.

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang cerdas. Masyarakat yang cerdas tahu bagaimana harus menyikapi adanya sampah di tangannya. Tahu membedakan mana tempat yang cocok untuk membuang sampah dan tidak. Masyarakat yang cerdas akan berpikiran jauh ke depan termasuk kelangsungan hidup mereka di masa depan.


Kita semua hidup bukan untuk menimbun sampah. Kita hidup untuk mengurangi dan mengolah sampah agar lebih berguna. Kalau kita tidak bertindak mulai dari sekarang, mau jadi apa anak cucu kita di masa depan? Prev


No comments:

Powered by Blogger.