Header Ads

5 Alasan Mutlak Lamaran Kerja Via Email Jaman Sekarang Jarang Diterima



Surat lamaran pekerjaan adalah benda bertuah yang perlu disiapkan para pelamar kerja dengan matang saat mencari pekerjaan. Kita nggak bisa lho mengemas surat lamaran kerja a la kadarnya. Ada beberapa syarat penting yang harus kamu perhatikan terutama kerapian.


Sayangnya kerapian seringkali luput dari perhatian, sehingga setelah surat lamaran kerja selesai dibuat kita nggak melakukan pengecekan format, gaya bahasa, dan lain sebagainya. Keteledoran ini akan sangat berimbas bila kita mengirim lamaran kerja via email. Iiih, ribet ya? Ya, memang. Tapi, mau dapet kerjaan nggak?


Beberapa orang menganggap email adalah media berkirim surat bersifat informal dan praktis, jadi nggak perlu lah rapi-rapi amat. Biasa aja asal dibaca sudah beres. Urusan diterima nggaknya, cuma Tuhan yang tahu. Jadi, kita langsung saja memasukkan lamaran kerja dan dokumen pendukungnya sebagai attachment. Badan email kita biarkan polos tak terjamah. Padahal ini yang sering bikin perusahaan gregetan dan lamaran kita dianggap butiran debu. Nah, biar nggak salah langkah, ketahui yuk apa saja kesalahan mengirim surat lamaran kerja via email yang malah bikin kita ditolak mutlak perusahaan.


1. Badan Email Dibiarkan Kosong


Sebelum keberadaan email ditemukan, kita mengirim surat lamaran kerja via pos dalam bentuk hard file atau dokumen yang sudah diprint. Mungkin kebiasaan ini yang bikin kita membiarkan badan email tetap bersih tak tersentuh. Surat lamaran dan CV kita unggah jadi satu menjadi lampiran atau attachment.


Lamaran kerja pada badan email [image source]
Kalau kita sering melakukan hal ini, ketahuilah bahwa lamaran tersebut seratus persen nggak akan dibaca. Meninggalkan badan email dalam kondisi kosong hanya membuat penerima lamaran jengkel. Ibaratnya, surat lamaran di badan email adalah pembuka. Bukankah hubungan yang baik diawali dari pembuka yang bagus? Karena itu, jangan lupa menulis surat lamaran di badan email. Sampaikan maksudmu untuk melamar pekerjaan di sana. Pada attachment baru kamu lampirkan CV, foto, sertifikat, dan dokumen pendukung lainnya.


2. Badan Email Diisi, Tapi Acak-acakan


Masalah selanjutnya adalah mengisi badan email secara acak-acakan. Memang sih menulis pada badan email nggak segampang menulis di Word, formatting pada badan email nggak selengkap pada Word. Namun, hal tersebut nggak jadi alasan untuk menulis sembarangan.


Font Times New Roman [image source]
Kamu harus tetap menjaga kerapian format tulisan pada badan email. Pergunakanlah font yang mudah dibaca, jangan pakai font berjenis Comic Sans. Pada umumnya font Times New Roman digunakan untuk menulis lamaran kerja. Kemudian kamu juga perlu memperhatikan isi dan gaya bahasamu. Pergunakanlah bahasa yang formal, sehingga terkesan sopan dan menghormati pemilik perusahaan. Bukannya, “Pak/Bu, tolong cek attachment ya?” Waah… belum kerja kok udah nyuruh-nyuruh.


3. Ukuran Attachment yang Terlampau Besar


Cara memasukkan attachment [image source]
Attachment adalah bagian terpenting dalam sebuah lamaran pekerjaan yang dikirim via email. Bagian ini memuat dokumen pendukung kelayakanmu untuk bergabung di sebuah perusahaan. Jadi, luangkan waktu untuk membuatnya secara maksimal.


Dalam melampirkan dokumen pendukung seperti CV atau pas foto, cek terlebih dahulu ukurannya. Boleh-boleh saja berkreasi dan menghias CV seindah mungkin, tapi pergunakan ukuran yang tak terlampau besar dan kecil. Sesuaikanlah dengan batas maksimal yang disediakan oleh provider email kamu. Dengan begitu, attachment kamu mudah dibuka, nggak bikin ribet.


4. Nggak Mencantumkan Judul Email Seperti Format yang Sudah Ditentukan


Subjek email [image source]
Nah ini yang mungkin paling sering dilakukan para pelamar kerja, lupa menulis subjek atau judul email. Penting nggak penting memang, tapi coba kamu renungkan, sebuah perusahaan dalam sehari menerima berapa banyak email kira-kira? Ratusan? Lebih! Kalau kamu sampai lupa mencantumkan subjek email atau sudah kamu cantumkan tapi nggak sesuai format, ya sudah jangan bersedih kalau pekerjaan impian melayang begitu saja.


5. Mengunggah Foto Selfie Untuk Melamar Kerja


Foto selfie [image source]
Email sangat jauh berbeda dengan sosial media seperti Instagram. Jadi kalau menurut kamu mengirim foto selfie bisa menjadi nilai plus pada surat lamaran kerja, itu salah besar. Yang ada kamu malah jadi buah bibir dan nggak mungkin diterima pada perusahaan yang kamu lamar.


Meskipun dikirim via email, kita harus tetap menggunakan foto yang sopan. Umumnya foto close up berukuran 4 X 6 lah yang pantas digunakan untuk melamar pekerjaan. Itu menunjukkan keseriusan kamu untuk bergabung dengan perusahaan yang kamu lamar.


Teknologi memang mempermudah hidup kita. Namun, kita juga nggak boleh melupakan norma-norma kesopanan. Apalagi saat mengirim lamaran kerja. Buatlah email lamaran kerja dan CV yang menarik sekaligus menunjukkan bahwa kamu adalah seorang professional. Dengan begitu kesempatan kerja semakin terbuka lebar. Selamat mencoba!


No comments:

Powered by Blogger.