5 Pertunjukan Paling Berdarah yang Pernah Digelar di Colosseum
Nama Colosseum pastinya tak asing lagi di telinga kita. Bahkan mungkin dulu waktu duduk di bangku SD kita masih ingat soal tujuh keajaiban dunia dan Colosseum salah satunya. Bangunan peninggalan sejarah ini dikenal sebagai arena gladiator. Selain itu, banyak pertunjukan yang digelar di bangunan buatan Vespasian ini. Terletak di kota kecil di Italia, Roma, Colosseum memiliki banyak cerita dan sejarah. Salah satunya terkait dengan sejumlah pertunjukan mengerikan yang pernah digelar di Colloseum.
Dalam sejarah Romawi Kuno, orang-orang Roma dikenal sebagai orang yang sadis. Pertunjukan yang mereka sukai pun tak jauh dari pertunjukan yang berhubungan dengan hidup dan mati. Tak hanya melibatkan manusia tapi juga hewan-hewan buas. Juga berbagai teknik dan alat yang digunakan dalam sebuah pertunjukan benar-benar di luar batas nalar. Berikut ini lima pertunjukan paling berdarah yang tercatat dalam sejarah yang digelar di Colosseum.
Orang Kerdil Diadu dan Dipersenjatai Pisau Pemotong Daging
Saat Commodus berkuasa, bukan hanya penjahat dan pelaku kriminal yang dihukum mati. Orang cacat dan orang kerdil pun bisa dihukum mati. Suatu waktu, Commodus mengumpulkan semua orang kerdil yang ia temui. Lalu mengumpulkan mereka semua di Colosseum. Untuk apa mereka dikumpulkan jadi satu? Tak lain untuk sebuah pertunjukan.
Masing-masing orang kerdil itu kemudian dipersenjatai pisau pemotong daging. Lalu mereka dipaksa untuk saling bertarung. Saling membunuh sampai hanya tersisa satu pemenang. Benar-benar mengerikan, ya. Orang-orang yang tak bersalah dipaksa saling membunuh seperti itu. Tak hanya itu saja, Commodus bahkan pernah mengumpulkan semua orang yang kehilangan kaki karena penyakit. Lalu orang-orang tersebut diikat di tengah arena. Kemudian kaisar menghampiri mereka lalu memukuli kepala mereka dengan alat pemukul.
Para Pelaku Kejahatan Naik Jungkat-Jungkit Raksasa dan Jadi Mangsa Hewan Buas
Pertunjukan yang satu ini tak kalah menyeramkannya. Jadi ada sebuah alat mengerikan yang namanya petaurua. Alat ini semacam jungkat-jungkit raksasa dan bisa mengangkat orang hingga lima meter ke udara. Dalam sebuah pertunjukan, para pelaku kejahatan tanpa busana diikat tangannya ke belakang. Lalu mereka didudukkan di jungkat-jungkit tersebut. Layaknya anak-anak di taman bermain, mereka naik dan turun dalam jungkat-jungkit tersebut.
Kemudian hewan-hewan buas dilepaskan. Karena hewan-hewan tersebut tak bisa menjangkau orang yang terangkat, maka mereka akan berusaha memburu orang-orang yang tertarik ke bawah. Para penonton akan taruhan tentang siapa yang akan bertahan paling lama. Namun, dalam permainan ini tak mungkin tak ada yang cedera. Namanya jungkat-jungkit, jika di satu sisi sudah ada orang terhempas dan cedera, maka sisi satunya akan turun dan bakal jadi mangsa hewan buas yang berikutnya.
Dua Gladiator Wanita Diadu
Bukan hanya pria yang diadu dan dijadikan pertunjukan di arena Colosseum. Tapi juga ada gladiator wanita. Dalam sebuah pertunjukan, seorang wanita hadir berpakaian sebagai Venus berdiri di depan Kaisar Titus dan berseru bahwa tak cukup bila hanya Mars (para pria) saja yang bisa melayani sang kaisar. Para Venus (wanita) pun bisa melayani sang kaisar.
Ketika Domition berkuasa, dia lebih banyak menyelenggarakan pertarungan antar wanita daripada antar pria. Berbeda dengan para pria, para wanita biasanya tidak terlatih. Sehingga saat diadu, para wanita ini akan bergantian saling memukul atau diadu dengan para orang kerdil. Tak terbayangkan betapa sadis dan ngerinya pertarungan tersebut, ya.
Menelan Stik Spons untuk Bunuh Diri
Yang ini memang bukan pertunjukan utama. Tapi masyarakat Roma kala itu menganggapnya sebagai sesuatu yang menarik dari berbagai permainan dan pertunjukan yang ada. Jadi para tawanan sebenarnya tidak suka jika dikirim ke arena Colosseum dan mati konyol. Bagi sebagian besar dari mereka, berada di arena merupakan hal yang lebih buruk dari kematian itu sendiri. Sehingga banyak yang lebih memilih untuk bunuh diri atau mati dengan cara sendiri daripada dipaksa naik ke arena.
Malam sebelum mereka dipaksa ke arena, sekelompok tawanan Saxon yang terdiri dari 29 orang saling mencekik satu sama lain hingga tewas, yang dianggap sebagai sebuah pengampunan agar tidak merasakan siksaan berada di arena. Ada tawanan yang sengaja memasukkan kepalanya di antara jeruji roda untuk mematahkan lehernya sendiri. Yang paling ekstrem adalah seorang tawanan Jerman yang sudah sangat putus asa. Tidak tahu harus mati dengan cara apa, ia mengambil stik spons yang digunakan untuk membersihkan toilet dan menyorongkannya ke tenggorokannya sendiri, ia bunuh diri dengan menelan stik itu bulat-bulat. Rasa ngeri berada di area membuat banyak tawanan yang lebih memilih bunuh diri daripada mati dengan permainan yang tak masuk akal di arena Colosseum.
Kriminal Disalib dan Dihabisi Beruang
Mitos-mitos Roma kuno kadang juga jadi “inspirasi” untuk permainan dan pertunjukan di arena Colosseum. Tapi jangan dibayangkan pertunjukan adalah drama atau seni teater. Melainkan yang melibatkan pembunuhan dan pembantaian. Ada sebuah pertunjukan yang terinspirasi dari penyiksaan Prometheus. Di pertunjukan itu, seorang kriminal disalib dengan perutnya yang terburai. Seekor beruang kemudian dilepaskan untuk menghabisinya.
Ada lagi seorang kriminal yang memerankan sosok Orpheus. Dia dibekali sebuah lira dan diminta untuk memainkannya demi menjinakkan hewan-hewan yang memenuhi seluruh arena. Hanya saja kemudian pertunjukan itu jadi membosankan. Pria yang cuma jalan-jalan di dalam arena tapi tak terbunuh dianggap terlalu membosankan oleh para penonton Roma. Akhirnya pertunjukan itu dimodifikasi sedikit. Di tengah pertunjukan, seekor beruang lapar dilepaskan untuk membunuh Orpheus.
Benar-benar mengerikan ya membayangkan ada pertunjukan-pertunjukan berdarah seperti itu di masa lalu? Kalau di zaman sekarang pertunjukan atau permainan seperti itu kembali diadakan, mungkin akan ada banyak kecaman yang muncul. Untungnya hal yang semacam itu sudah punah dan tak terus dilakukan.
No comments: