Kisah Unik Celoteh Gus Dur Tahun 1986, Sudah Memperkirakan Dirinya Bakal Jadi Presiden
Akhir Desember ini, tepatnya pada 30 Desember adalah peringatan meningalnya KH Abdurrahman Wahid. Banyak cerita unik bin menarik tentang KH Abdurrahman Wahid atau biasa dipanggil Gus Dur.
Cucu pendiri NU itu dikenal sebagai kyai yang humoris. Gus Dur, semasa hidupnya tak pernah kehabisan joke. Namun bukan berarti karena suka guyon, Gus Dur lantas tak punya kualitas dari sisi pemikiran. Meski dia tak tamat kuliah, tapi siapa pun mengakui kualitas kecerdasan dan kejeniusan Gus Dur.
Bahkan, banyak yang menganggap Gus Dur itu orang ‘sakti’. Gus Dur dianggap punya ‘karomah’ karena kerapkali yang diucapkannya jadi kenyataan di kemudian hari. Eks Kapolri, Jenderal Sutarman, merasakan betul ‘kesaktian’ ucapan Gus Dur.
Sutarman sendiri, pernah jadi ajudan Gus Dur, saat sang kyai jadi Presiden. Nah, ketika Gus Dur jadi Presiden itulah sempat berucap bahwa Sutarman bakal jadi Kapolri. Siapa sangka kemudian ucapan Gus Dur itu jadi kenyataan. Sutarman benar-benar jadi Kapolri.
Pun soal Gus Dur jadi Presiden, Jenderal (Purn) Luhut Pandjaitan punya cerita menarik. Luhut pernah bercerita, sewaktu dia akan berangkat ke Singapura untuk jadi Duta Besar, setelah Presiden Habibie menunjuknya, Gus Dur sempat mengundangnya buka bersama.
Di meja makan itulah kata Luhut, Gus Dur sempat mengatakan, bahwa setelah Habibie, dirinya bakal jadi Presiden. Ketika itu Luhut mengaku tak mempedulikan prediksi Gus Dur yang dengan yakinnya mengatakan akan jadi Presiden RI. Bahkan Luhut menganggap Gus Dur sedang ngigau.
Prediksi bahwa Gus Dur akan jadi Presiden kembali diucapkan sang kyai ketika Luhut mengundangnya ke Singapura. Saat itu Luhut sudah jadi Dubes di negeri singa tersebut. Dalam pertemuan yang dihadiri beberapa pengusaha etnis Tionghoa, kembali Gus Dur mengungkapkan keyakinannya bahwa sebentar lagi dia akan jadi Presiden. Bahkan dalam pertemuan itu, Gus Dur sempat mengatakan akan menarik Luhut ke Jakarta. Kata Gus Dur ketika itu, Luhut akan dijadikannya Kepala Staf Angkatan Darat.
Luhut saat itu mengaku jengah. Apalagi setelah pertemuan ia disalami banyak pengusaha yang mengucapkan selamat kepadanya. Tapi ternyata ucapan Gus Dur seperti punya ‘karomah’. Sebab kemudian Gus Dur benar-benar jadi Presiden, setelah dipilih lewat pemilihan di Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang ketika itu ketuanya adalah Amien Rais.
Gus Dur juga menunaikan janjinya menarik Luhut dari Singapura. Tapi, Luhut tak dijadikan kepala staf. Oleh Gus Dur, Luhut diangkat jadi Menteri Perdagangan. Dan, di era Gus Dur pula, pangkat Luhut dinaikkan jadi jenderal penuh alias jenderal bintang empat.
Tapi ada cerita menarik lagi soal prediksi Gus Dur akan jadi Presiden. Ternyata dari tahun 1986, Gus Dur sudah punya keyakinan bakal jadi Presiden. Jadi keyakinan itu tak hanya dilontarkan Gus Dur, usai Soeharto lengser. Saat Soeharto masih berkuasa pun, Gus Dur sudah yakin dirinya bakal jadi Presiden.
Ketika itu tahun 1986 di Jakarta digelar sebuah seminar yang membahas tentang kemaritiman. Salah satu yang jadi pembicara adalah Gus Dur. Pembicara lainnya adalah Sarwono Kusumaatmadja. Di seminar itu pula Gus Dur bicara tentang potensi besar kelautan yang dimiliki Indonesia. Sampai kemudian ia bicara tentang kemungkinan dia jadi Presiden. Kata Gus Dur ketika itu, kalau dia jadi Presiden kelak, maka yang akan akan jadi menteri kelautan adalah Sarwono Kusumaatmadja. Dan, sejarah pun kemudian mencatat Gus Dur jadi Presiden. Janji untuk mengangkat Sarwono Kusumaatmadja jadi menteri kelautan pun ditunaikan Gus Dur. Sarwono tercatat dalam jajaran kabinet Gus Dur sebagai Menteri Kelautan.
Itulah sekelumit cerita menarik tentang Gus Dur, mantan Presiden yang gemar melontarkan banyolan cerdas dan menggelitik. Cerita menarik di seminar itu tertuang dalam buku, “……….”. Buku itu sendiri mengurai tentang sejarah awal mula ditetapkannya Hari Nusantara, sebuah hari yang diambil dari Deklarasi Juanda, di mana tujuannya menegaskan kedaulatan Indonesia di lautan.
Kini Gus Dur sudah tiada. Tapi jejak pemikirannya masih berbekas. Ia masih banyak dikenang. Gagasan, serta ide-idenya masih sering dibicarakan banyak orang. Masih banyak yang mengaguminya. Apalagi jika bicara tentang toleransi dan pluralisme. Tak lengkap rasanya bila tak menyebut Gus Dur. Ya, banyak yang menasbihkan Gus Dur, sebagai bapak pluralisme Indonesia. Bahkan ada pula yang menobatkan Gus Dur sebagai pejuang demokrasi Indonesia.
Sikap dan gagasannya yang membuat sang kyai mendapat gelar tersebut.
Sikap yang tak berubah sampai akhir hayatnya.
Sikap yang diperjuangkan serta disuarakannya tanpa lelah, meski banyak mendapat tentangan,
Gus Dur tak pernah goyah. Bahkan di era Soeharto berkuasa, Gus Dur pernah mendapat perlakuan yang tak ramah dari sang penguasa. Gus Dur pernah coba dijegal saat akan jadi Ketua PBNU, meski gagal. Menariknya, usai Soeharto lengser justru Gus Dur rajin sowan bertamu ke Cendana. Tidak ada dendam di kamus hidup Gus Dur.
Pun kepada Megawati yang menggantikannya. Padahal, banyak yang menyebut Megawati punya andil besar dibalik kejatuhan Gus Dur dari kursi Presiden. Tapi sekali lagi, Gus Dur tak menaruh dendam. Bahkan ia tak segan datang menyambangi orang yang pernah jadi “lawan politiknya”. Sebuah sikap yang layak diteladani.
No comments: