Lengser dari Kabinet, Ini 6 Fakta Menarik tentang Anies Baswedan
Pemilihan gubernur di Jakarta, sebentar lagi digelar. Pada bulan Februari 2017, pemungutan suara akan dilaksanakan. Selain Jakarta, ada 100 daerah lainnya yang juga akan menggelar pesta demokrasi. Semuanya di bulan Februari. Dilaksanakan secara serentak hari itu juga.
Namun memang yang paling ramai, dan banyak diberitakan adalah persaingan menuju DKI-1. Ada tiga pasangan calon yang bakal berlaga. Tiga pasangan calon itu adalah Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat, Anies Baswedan-Sandiaga Uno dan terakhir Agus Harimurti Yudhyono-Sylvia Murni. Konstelasi politik jelang hari pemungutan di Jakarta, sekarang ini sudah panas. Saling serang terjadi. Saling caci sudah marak. Di lapangan, maupun di lapak maya (internet). Bahkan dibumbui pula oleh aksi demonstrasi besar-besaran menentang petahana. Tapi tulisan ini tak hendak menyorot Ahok yang ramai didemo, melainkan mengulas sekelumit fakta menarik tentang Anies Baswedan.
1. Cucu tokoh pejuang kemerdekaan
Anies Rasyid Baswedan demikian nama lengkapnya. Ia lahir di Kuningan Jawa Barat, 7 Mei 1969. Ayahnya Rasyid Baswedan adalah pria berdarah Arab putra dari Abdurrahman Baswedan. Jadi melihat daris keturunannya, Anies bukanlah orang sembarangan. Kakeknya, Abdurrahman Baswedan, adalah salah satu tokoh pergerakan di era kemerdekaan.
2. Pernah jadi rektor
Pada 15 Mei 2007, Anies diangkat jadi Rektor Paramadina, universitas yang didirikan oleh almarhum Nurcholis Madjid atau Cak Nur. Anies jadi Rektor di Paramadina sampai 6 Januari 2015. Saat jadi rektor di Paramadina inilah, nama Anies mulai berkibar. Ia sering diberitakan. Kata-katanya banyak dikutip media. Anies pun jadi pengamat politik yang banyak diburu kuli tinta, baik cetak maupun elektronik.
3. Pernah daftar jadi kandidat Capres di konvensi Partai Demokrat
Tapi selepas tak lagi jadi Rektor, Anies banting stir. Ia mencoba masuk dan mencicipi dunia politik. Langkah pertama Anies masuk dunia politik, saat ia ikut konvensi penjaringan calon Presiden yang diadakan oleh Partai Demokrat. Sayang di konvensi itu, Anies tak menang. Yang menang Dahlan Iskan, mantan Menteri BUMN.
Partai Demokrat sendiri, akhirnya gagal mengusung capres sendiri. Hasil konvensi penjaringan Capres kurang dilirik partai lain. Apalagi, suara Demokrat dalam pemilu legislatif 2014, melorot. Dari yang tadinya berstatus jawara, Demokrat turun jadi nomor 4. Tak pelak dengan urutan itu, Demokrat kesulitan mendapatkan teman koalisi. Akhirnya dalam Pilpres, Demokrat memutuskan untuk merapat ke kubu Prabowo Subianto. Walau SBY sendiri menegaskan, partainya jadi partai penyeimbang.
4. Pernah jadi tim sukses Jokowi-Jusuf Kalla
Saat Pilpres 2014, Anies memutuskan mendukung pasangan Jokowi-Jusuf Kalla yang akan bertarung melawan duet Prabowo- Hatta Rajasa. Bahkan, Anies bisa dikatakan masuk tim inti dalam tim pemenangan Jokowi-JK. Anies jadi salah satu juru bicara Tim Jokowi-JK. Dalam Pilpres, Anies berhadapan-hadapan dengan kubu Prabowo. Tidak hanya itu, usai Jokowi dan JK menang, Anies juga ditunjuk masuk tim transisi yang akan menyiapkan peralihan kekuasaan dari SBY ke Jokowi.
5. Pernah jadi menteri
Ketika Jokowi mengumumkan susunan menterinya setelah dilantik jadi Presiden, nama Anis masuk kabinet. Anies diangkat jadi Menteri Pendidikan Nasional pada 27 Oktober 2014. Tapi, pada tanggal 27 Juli 2016, Anies diberhentikan Jokowi sebagai menteri. Anies digantikan Muhajir Effendy, Rektor Universitas Muhammadiyah Malang.
6. Pernah ‘melawan’ Prabowo, tapi kini jadi cagub yang diusung partainya Prabowo
Saat Pilpres 2014, Anies bisa dikatakan ada di kubu yang ‘melawan’ Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerindra. Tapi dalam politik, tak ada kawan dan lawan yang abadi. Yang abadi adalah kepentingan. Di Pilgub Jakarta, justru Anies berbalik. Kini ia jadi cagub dari partai yang dulu jadi ‘lawannya’ di Pilpres. Anies jadi cagub Partai Gerindra, partai yang diketuai Prabowo, capres yang dulu ‘dilawan’ Anies.
Dan yang jadi lawan Anies, adalah Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama, cagub yang diusung PDIP, partai yang mendukung Jokowi di Pilpres kemarin. Menarik memang. Dulu jadi lawan, sekarang jadi kawan. Dulu jadi kawan, sekarang jadi lawan.
No comments: