Header Ads

Kasus-Kasus Intoleransi di Indonesia yang Membuat Kita Mempertanyakan ‘Bhinneka Tunggal Ika’



Indonesia memiliki semboyan berbunyi: Bhinneka Tunggal Ika yang memiliki arti meski berbeda-beda tapi tetap satu. Meski berbeda secara suku, ras, atau agama, kita masihlah saudara. Kita masihlah penduduk Indonesia sehingga perselisihan SARA yang tidak perlu sudah sepantasnya dihilangkan dengan sempurna.


Sayangnya, semboyan yang diambil pendiri negeri ini dari salah satu kitab legendaris seperti tidak ada artinya. Saat ini, intoleransi di Indonesia sudah semakin parah. Dengan dalih apa pun, banyak oknum atau kelompok tertentu melakukan aksi radikal yang menyebabkan publik Indonesia semakin memanas.


Inilah beberapa aksi intoleransi yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini. Semoga bisa memberi kita pelajaran bahwa menghargai orang lain bukanlah sebuah kesalahan.


1. Pembubaran KKR di Sabuga, Bandung

Mengganggu umat dari agama lain yang sedang beribadah hingga melakukan aksi pembubaran bukanlah hal yang terpuji. Secara moral, hal itu sudah sangat bertentangan dengan kebebasan beragama dan beribadah. Terlebih lagi, sampai membawa poster dan melakukan semacam protes atau demo. Apa hal yang dilakukan itu sudah benar?


Pembubaran KKR di Sabuga [image source]

Tidak bermaksud membela siapa-siapa. Negeri ini memiliki banyak agama yang diakui oleh pemerintah. Kami ulangi lagi, negara yang diakui oleh pemerintah. Acara KKR di Sabuga Bandung adalah umat dari agama yang dilindungi oleh Pemerintah Indonesia. Kalau sejak awal ada kesalahan administasi pada penyelenggaraan KKR, kenapa tidak diingatkan. Daripada membuat poster dan melakukan demo, bukanlah lebih mudah mengingatkan sehingga peristiwa yang memperlihatkan intoleransi tidak terjadi.

2. Pencopotan Baliho Bergambar Wanita Berjilbab, Yogyakarta

Memberi Indonesia julukan negeri 1001 masalah mungkin tidaklah salah. Setelah kasus pemblokiran merek roti hingga pembuangan dan penginjakan. Kini berganti ke kasus pencopotan baliho yang membuat gambar wanita dengan berkerudung. Salah satu oknum ormas di Yogyakarta tidak terima kalau ada wanita berjilbab jadi iklan Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW).


Pencopotan Baliho Bergambar Wanita Berjilbab [image source]

Pencopotan baliho ini tentu terlalu dibuat-buat. Untuk apa mencampurkan urusan agama dengan dunia pendidikan. Toh siapa saja boleh bersekolah di kampus Kristen mau agamanya apa saja. Pemaksaan pencopotan baliho ini tentu mengindikasikan kalau intoleransi agama di Yogyakarta sudah semakin memprihatinkan.

3. Pembakaran Vihara dan Kelenteng, Tanjungbalai

Aksi yang menjurus intoleransi selanjutnya terjadi di Tanjungbalai. Setidaknya pada bulan Juli 2016 lalu, 6 Vihara dan Kelenteng di kawasan ini diserang oleh ratusan orang. Bangunan dari rumah ibadah etnis Tionghoa ini dirusak hingga dibakar sehingga kerusakan yang ditimbulkan bisa membuat kita mengelus ada.


pembakaran gereja [image source]

Aksi pembakaran dan perusakan alat ibadah ini konon dipicu oleh seorang wanita yang menginginkan suara pengeras suara pada masjid dikecilkan. Massa yang tidak terima degan protes ini langsung melakukan aksi mengerikan di enam tempat yang berbeda. Mereka tidak peduli dengan apa yang dilakukan. Selama merasa sakit hati, segala hal bisa dilakukan dengan semena-mena.

4. Pembakaran Rumah Ibadah, Tolikara

Aksi intoleransi yang sangat mengerikan ternyata tidak hanya terjadi di wilayah mayoritas muslim saja. Di kawasan Papua yang mayoritas penduduknya beragama Kristen atau Katolik, aksi intoleransi juga pernah dilakukan. Salah satu contoh kasus paling menggemparkan adalah adanya pembakaran tempat ibadah saat momen Idulfitri 2015 silam.


Pembakaran di Tolikara [image source]

Nyaris sama dengan pelarangan ibadah di kawasan Jawa, penduduk Islam di sini juga dilarang menjalankan ibadah dan hari besarnya. Penduduk mayoritas di sini tidak suka dengan apa yang dilakukan oleh umat Islam. Umat ini dianggap teroris yang suka mengebom banyak tempat di Indonesia. Penduduk di sini seperti didoktrin untuk membenci Islam dan pernak-pernik di dalamnya.

Inilah beberapa contoh kasus intoleransi di Indonesia yang membuat ibu pertiwi menangis. Semoga aksi-aksi seperti ini tidak terjadi lagi. Semoga esok hari saat kita membuka sosmed, tidak ada masalah baru yang membuat kita gemes dan ingin kabur dari Indonesia. Prev


No comments:

Powered by Blogger.