4 Gertakan TNI yang Bikin Pasukan Asing Balik Kucing
Memang nggak usah coba-coba dengan TNI, armada laut Inggris saja akhirnya putar haluan dan menjauhi wilayah Indonesia.
Walaupun dari sisi kemajuan teknologi dan pembangunan masih kalah dengan beberapa negara di Asia atau bahkan di Eropa, namun dari sisi militer, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki pasukan dengan segudang prestasi. Bahkan, tidak jarang ada pasukan dari negara-negara lain yang berpikir dua kali jika harus berhadapan langsung dengan Tentara Nasional Indonesia atau TNI.
Mungkin Anda tidak percaya bahwa ada beberapa kejadian yang mana TNI berhasil menggertak dan membuat pasukan asing memutuskan untuk mundur ketika berhadapan langsung. Berikut daftar kejadiannya.
1. Pasukan Garuda II vs ANC (Army Nation of Colongese)
Pada tahun 1960, Pemerintah Indonesia mengirimkan pasukan perdamaian di bawah bendera Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB, yaitu Pasukan Garuda II yang tergabung dalam UNOC (United Nations Operations in Congo) untuk dikirim ke Kongo. Pengiriman pasukan tersebut karena konflik berkepanjangan antara Kongo dan Belgia, menangani beberapa konflik antar-suku yang terjadi sampai dengan meredam agresi ANC (Army Nation of Colongese).
Satu kejadian menarik pada tahun tersebut ketika para pasukan ANC dengan beberapa tank mencoba mendekati markas besar UNOC di Leopodoldville. Dikarenakan pada saat itu yang bertugas jaga adalah Pasukan Garuda II.
Tanpa pikir panjang, manuver tank dari ANC dihadapi oleh Pasukan Garuda II dengan langsung bersigap dengan mengeluarkan 6 buah senjata anti-tank di depan markas besar UNOC. Melihat Pasukan Garuda II yang tergabung dalam UNOC sudah siap menembak, tank-tank ANC tersebut langsung mundur dan meninggalkan tempat tersebut.
2. AURI vs Angkatan Laut Inggris
Pada tanggal 27 Agustus 1965, sebuah kapal induk HMS Victorius dan kapal perusak HMS Countor yang dimiliki armada angkatan laut Inggris mencoba mencari gara-gara dengan masuk tanpa izin melewati wilayah Indonesia melalui Selat Malaka dan rencananya melewati Selat Sunda untuk menuju Australia.
Kejadian tersebut terjadi saat ketegangan antara Indonesia dan Malaysia yang mana merupakan commonwealth Inggris meningkat. Karena dianggap melanggar batas wilayah tanpa izin, maka Marsekal Pedet Soedarman yang saat itu menjabat sebagai Komandan Skadron langsung ‘menyambut’ armada perang Inggris itu dengan mengerahkan pesawat pengebom B-52 (TU-16 Badger) yang didatangkan langsung dari Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Setelah pesawat TU-16 Badger tersebut melakukan beberapa manuver untuk memberikan ancaman ke kedua kapal perang itu, Soedarman kemudian memberikan imbauan agar mereka keluar dari wilayah Indonesia jika tidak ingin berkonfrontasi langsung. Hasilnya, armada laut Inggris tersebut akhirnya putar haluan dan menjauhi wilayah Indonesia.
3. Kopaska vs Diraja Malaysia
Satu kejadian menarik terjadi pada tanggal 1 April 2005 lalu, yaitu ketika Pemerintah Indonesia membangun mercusuar di karang Unarang yang berada di titik terluar wilayah NKRI karena munculnya ketegangan antara Indonesia dan Malaysia di Blok Ambalat.
Ternyata, saat para pekerja sedang membangun mercusuar tersebut, Tentara Laut Diraja Malaysia dan Marine Police Malaysia melakukan manuver di sekitar tempat tersebut yang membuat gelombang laut menghempas beberapa pekerja.
Mengetahui hal ini, kapal patrol TNI AL KRI Tedong Naga yang berada di tempat tersebut mencoba melakukan imbauan agar kedua kapal dari Malaysia tersebut bersedia menjauhi wilayah Indonesia. Sayangnya, imbauan tersebut tidak digubris dan kedua kapal asing itu justru membuang jangkar untuk berhenti di tempat tersebut.
Merasa diacuhkan, Komandan KRI menghubungi Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL untuk memberikan bantuan menghalau pasukan Malaysia itu. Pada saat itu, Serka Ismail meluncur ke kapal Malaysia setelah mendapatkan izin dari komandan Tim Kopaska Lettu Benny, tanpa membawa senjata.
Tanpa sepengetahuan awak kapal dari armada Malaysia, Serka Ismail berhasil menyelinap masuk ke kapal dan mendobrak pintu kemudian berteriak, “Di mana kapten kapal!” Setelah bertemu dengan kapten kapal, Serka Ismail mengancam akan meledakkan tali jangkar tersebut. Akhirnya, tak seberapa lama, kedua kapal Malaysia tersebut mengangkat jangkar dan meninggalkan perairan Indonesia.
4. TNI AL vs Kapal Selam Amerika Serikat
Di akhir bulan Januari 2016 lalu, ada pemberitaan bahwa helikopter TNI AL sedang melakukan pengawalan terhadap kapal selam milik Amerika Serikat, USS Tucson SSN 770, di Selat Malaka. Namun ternyata, hal tersebut dibantah oleh Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama M Zainudin.
Dalam penjelasannya, Zainudin justru mengatakan bahwa Helikopter BO 105 nomor lambung NV-408 milik Wing Udara 2 Pusat Penerbangan TNI AL tersebut justru sedang melakukan shadowing tau membayangi kapal selam milik Amerika Serikat itu berada di dekat perairan wilayah Indonesia.
Walaupun secara pasti USS Tucson SSN 770 berada di wilayah internasional, namun jaraknya sangat dekat dengan wilayah Indonesia. Dikarenakan hal tersebut, helikopter yang dipiloti Kapten Laut (P) S Hayat dan Lettu Laut (P) Asgar Serli langsung melakukan shadowing dengan tujuan memantau agar kapal selam tersebut tidak masuk ke perairan Indonesia.
Selama 2 jam, helikopter TNI AL tersebut melakukan shadowing dan berhasil mengarahkan kapal selam itu ke perairan Matak yang kemudian melaju ke perairan wilayah Singapura atau mejauhi wilayah Malaysia.
Dalam sepak terjangnya, angkatan militer negara kita memang sudah membuktikan kemampuan mereka. Apalagi Indonesia dengan sumber daya alam dan potensinya yang cukup menggiurkan bagai ‘perawan tingting’, banyak sekali negara yang ‘gemas ingin mencicipi’ negara kita ini. Tapi bagaimanapun tanah air kita memiliki kedaulatan dan pertahanan militer. Maka, bila mau macam-macam tanpa izin, siap-siap berhadapan dengan TNI yang siap pasang badan dan angkat senjata mempertahankan kehormatan ibu pertiwi. Prev
No comments: