4 Fenomena Miris yang Terjadi Saat Para Supir Angkot Berdemo Menolak Ojek Online
Niat demo buat nolak keberadaan driver ojek online, tapi yang dirugikan sepenjuru kota
Seperti kita ketahui, transportasi ojek online saat ini memang begitu populer dan digemari. Selain praktis bagi para penumpang, driver juga bisa mendapat lebih banyak pelanggan dengan adanya aplikasi. Ya memang, jadi pengemudi ojek online punya banyak fasilitas yang diberikan oleh pihak pengelola, seperti asuransi gratis, helm, ponsel pintar, jaket, hingga uang saku. Namun, di balik segala berkah yang diterima oleh para penggiatnya, tentu ada yang kurang setuju dengan keberadaan pengemudi berbasis online.
Siapa lagi kalau bukan para supir angkot tradisional yang merasa tersaingi. Mereka beranggapan jika keberadaan ojek online membuat sebagian orang tak lagi berminat menunggu angkutan di tepi jalan. Hal itu otomatis mengurangi pendapatan para supir. Hal ini kemudian berbuntut pada bergulirnya demo penolakan. Niatnya mungkin ingin menuntut hak, tapi pada kenyataannya sangat merugikan semua pihak. Bahkan bagi si sopir angkot sendiri.
Sudah ada banyak fenomena seperti ini di berbagai kota. Dan lagi-lagi, yang jadi korban pun semua orang termasuk pengguna jalan yang tidak ada sangkut pautnya. Seperti apa fenomena demo ojek online tersebut? Simak ulasannya berikut.
Terpaksa ikut demo demi solidaritas
Sebenarnya, nggak semua supir angkutan umum yang ngerasa tersaingi dengan maraknya ojek online, mungkin karena yakin soal rejeki sudah ada yang ngatur ya. Tapi, pada kenyataannya para supir angkot rata-rata tetap berangkat berdemo demi solidaritas. Mungkin terpaksa berangkat karena dimintai tolong oleh rekan-rekannya.
Memang sih, sebagian besar supir mengaku jika pemasukan mereka turun hingga 50% sejak maraknya armada ojek via apps itu, belum lagi masih terpotong uang bensin. Jadilah para istri di rumah juga marah-marah karena kesusahan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Ratusan supir pada ngumpul di satu titik, bikin jalanan macet
Bisa dibayangkan gimana jadinya kalau ratusan supir angkot sepakat buat ngumpul di suatu tempat (selain di terminal), sudah dipastikan kalau mereka bakal bikin jalanan macet total. Kantor-kantor juga diserbu, membuat jalur di sekitarnya lumpuh.
Aksi yang diniatkan buat nuntut keadilan justru bikin jutaan pengguna lain jadi kesusahan. Padahal, demo yang dilakukan tersebut belum tentu bisa kasih jalan keluar. Yang jelas, para pengguna jalan lain yang dirugikan. Entah ada berapa orang yang pekerjaannya kacau akibat terjebak di jalanan. Kalau sudah gini, para supir juga nggak tanggung jawab.
Para penumpang terlantar
Nggak semua orang menyukai fasilitas ojek online. Buktinya, masih banyak orang yang masih bertahan menggunakan jasa angkutan umum. Mereka inilah para penumpang yang jadi pihak paling dirugikan terkait demo penolakan ojek online. Gimana nggak? Saat mereka di tengah perjalanan, tiba-tiba sang supir rubah haluan dan minta para penumpang turun di tengah jalan.
Ujung-ujungnya, penumpang terlantar dan kesulitan dapat angkot lain karena semua supir angkot pada ikutan demo ke kantor walikota. Jalan keluar terakhir mungkin harus menghubungi tukang ojek online, yang biasanya bakal kasih tarif ganda gara-gara situasi macet yang menyusahkan.
Nggak ada angkutan umum yang operasi, anak sekolahan pada telat ke sekolah
Memang, sejauh ini cuma supir angkot yang ngasih harga khusus buat pelajar. Cuma modal seragam, tanpa tawar menawar pasti sudah diberi harga miring saat naik angkot. Jadi, sudah dipastikan kalau anak sekolahan bakal lebih milih, atau bahkan sangat bergantung pada angkutan umum saat berangkat ke sekolah.
Lha, kalau para supir angkot pada sepakat berdemo, otomatis nasib anak sekolahan juga menggalau di tepi jalan. Terkatung-katung tanpa tahu kapan bisa ketemu angkot lewat. Bahkan, ada kasus di mana siswa menunggu angkot sampai dua jam di tepi jalan. Kalau sampai terlambat, siapa yang bisa disalahkan?
Demo menolak keberadaan ojek online mungkin bukan hanya sekali dua kali terjadi. Dan dampaknya selalu sama, yang dirugikan jauh lebih banyak ketimbang mereka yang melakukan demo itu sendiri. Kira-kira, adakah alternatif menyerukan suara keadilan tanpa adanya demo? Next
No comments: