Pertarungan-Pertarungan ala Kesatria yang Dilakukan oleh Suku di Indonesia
Suku-suku yang ada di Indonesia tidak hanya memiliki keunikan dari segi olahan kuliner yang bercitarasa surga. Suku yang terbentang dari ujung timur hingga ke barat ini juga memiliki beberapa tradisi dan kebudayaan yang terkait dengan perang. Suku-suku ini memiliki tradisi bertarung layaknya kesatria untuk keperluan ritual atau pertunjukan.
Pada artikel di bawah ini, kita akan membahas beberapa tradisi pertarungan antara dua orang pria atau kelompok pria untuk keperluan tertentu. Beberapa tradisi dilakukan untuk meminta hujan dan juga keberkahan dari Yang Maha Esa. Berikut jenis-jenis pertarungan ala kesatria yang dilakukan oleh suku-suku di Indonesia.
1. Pasola – Sumba
Pasola adalah pertarungan antara kelompok penunggang kuda yang dilakukan oleh Masyarakat Sumba. Setiap tahun, saat akan musim tanam, beberapa kelompok akan melakukan pertarungan dengan saling melempar lembing kepada penunggang kuda dari kelompok lain. Semakin banyak kelompok lain jatuh atau terluka, kemenangan bisa didapatkan.
Oh ya, makna dari permainan ini bukan perkara menang atau kalah. Masyarakat Sumba yang menganut Marapu menganggap pertarungan ini adalah pengorbanan mereka kepada Tuhan. Jika ada darah yang keluar dan menetes ke tanah, pengorbanan akan diterima dan dalam setahun ke depan panen akan melimpah dan penduduk akan terhindar dari penyakit dan marabahaya.
2. Peresean – Lombok
Peresean adalah sebuah tradisi di Lombok yang dilakukan oleh Suku Sasak sejak puluhan tahun lalu. Awalnya tradisi yang dilakukan dengan menarungkan dua orang pria ini dilaksanakan untuk melatih ketangkasan dalam melawan penjajah Belanda yang menjajah Lombok. Semua pemuda akan dilatih bagaimana bertarung dengan menggunakan kayu menjalin panjang dan sebuah tameng.
Karena sudah tidak ada penjajah, tradisi paresean mulai dilakukan untuk penyambutan tamu atau acara budaya untuk mengundang wisatawan. Oh ya, permainan yang seru namun cukup menegangkan ini memiliki lima ronde untuk mengetahui siapa pemenangnya. Namun, kalau di ronde awal ada salah satu sudah berdarah pada bagian kepalanya, dia akan dinyatakan kalah dan lawan memenangkan pertandingan.
3. Perang Pandan – Bali
Perang pandan atau makere-kere adalah sebuah tradisi yang dilakukan setahun sekali di desa Tenganan Bali. Pada bulan lima penanggalan desa, tradisi ini dilakukan dengan mengumpulkan banyak pria di sebuah tanah yang lapang. Dengan iringan gamelan, pertarungan yang dilakukan untuk menghormati Dewa Indra atau dewa perang ini dimulai mulai pukul 2 hingga petang.
Perang pandan dilakukan dengan menggunakan daun pandan yang berduri sebagai senjata dan tameng sebagai pelindung. Misi dari perang ini adalah memukul atau menggosok tubuh lawan dengan daun pandan yang berduri. Siapa yang sudah tidak bisa lagi bertarung atau terus terdesak akan dinyatakan kalah. Oh ya, hampir semua peserta akan terlupa tubuhnya, tapi tidak ada yang saling marah karena tradisi ini dilakukan untuk kebersamaan.
4. Sijagang Laleng Lipa – Bugis
Berbeda dengan tiga tradisi sebelumnya yang dilakukan untuk keperluan peringatan atau meminta berkah. Tradisi yang dilakukan di bugis ini dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan di antara dua buah keluarga. Jika ada dua keluarga bermusuhan dan jalan mufakat tidak bisa dilakukan, pertarungan yang sengit ini akan dilakukan.
Biasanya setiap kelompok yang bersengketa akan mengirim satu petarung akan saling adu kekuatan fisik dan senjata di dalam sarung. Ya, di dalam sebuah sarung kedua orang ini akan bertarung adu kuat. Biasanya pertarungan yang terjadi selalu saja seri. Kalau tidak sama-sama hidup ya sama-sama mati.
Inilah beberapa pertarungan ala kesatria yang dilakukan oleh suku-suku di Indonesia. Terlepas dari apa misi diadakannya pertarungan itu, empat hal di atas cukup menarik untuk dikenal, terlebih dilihat atau terlibat secara langsung.
No comments: