Meski Kecil, Kesalahan dalam Masa Pemerintahan Jokowi Ini Harus Diakui
Tidak ada gading yang tak retak. Tidak ada presiden yang sempurna. Semua presiden pernah melakukan kesalahan. Misalnya Soeharto yang meninggalkan hutang besar untuk membangun infrastruktur Indonesia, BJ Habibie yang melepas Timor Timur, Gus Dur yang membuka hubungan dengan Israel dan skandal bullogate bruneigate-nya, Megawati yang menjual BUMN ke negara lain, dan SBY yang membagi-bagikan bantuan langsung tunai. Jokowi, presiden Indonesia saat ini pun tidak luput dari kesalahan-kesalahan.
Meningkatnya penggunaan media sosial menyebabkan kritikan terhadap pemerintahan Jokowi terdengar lebih keras dibanding pemerintahan-pemerintahan sebelumnya. Ada kebijakan yang dianggap blunder kecil dan besar yang dilakukan Jokowi selama dua tahun memerintah. Ada pula kesalahan kecil yang terdengar lebih besar dari seharusnya.
Menaikkan Tarif Pengurusan STNK
Setelah tujuh tahun tidak ada perubahan harga, wajar jika tarif pengurusan STNK dan BPKB naik. Namun apakah perlu menaikkan harga secara drastis? Bagi sebagian orang, mungkin kenaikannya tidak seberapa tinggi, tapi bagi pengusaha kecil harga ini cukup mengejutkan.
Miskomunikasi dengan Staf
Juru bicara kepresidenan sendiri menyetujui jika Jokowi adalah orang yang sangat sederhana, termasuk dalam berkomunikasi. ‘Kesederhanaan’ ini menyebabkan banyaknya miskomunikasi dengan staf dan kesalahpahaman dengan jurnalis. Dalam hal ini, jokowi sangat berbeda dengan SBY yang mengedepankan komunikasi. Jokowi lebih hemat berbicara dan terlihat tidak nyaman saat berpidato, sementara SBY selalu memberikan jawaban selengkap-lengkapnya dengan sistematis dan bahasa yang mudah dimengerti. Jokowi juga sering salah menyebutkan data sehingga menjadi bahan tertawaan.
Mengangkat WNA sebagai Menteri
Bukan hanya memasukkan orang partai ke dalam kabinet, Jokowi juga lalai dan mengangkat waga negara asing sebagai menteri ESDM. Arcandra Tahar memang berdarah Indonesia, namun saat ini ia sudah menjadi warga negara Amerika. Itu berarti ia memiliki kepentingan atas Amerika Serikat. Ia akan lebih memprioritaskan negaranya daripada Indonesia. Kita semua nggak mau menteri yang lebih mementingkan negara lain di banding tanah air kita, kan? Beruntung Jokowi segera menyelesaikan masalah ini.
Menaikkan Harga BBM?
Banyak masyarakat yang geram dengan kebijakan Jokowi yang ini. Namun ini hanyalah kesalahan yang kecil saja karena kenaikan BBM bahkan tidak sampai 10% dari harga awal. Bahkan sebelum pemerintahan Jokowi, harga BBM non subsidi bisa mencapai harga Rp 10.000 dan kini harganya hanya Ro 8.000. Bisa dibilang harga BBM saat ini lebih murah dibanding dulu. Namun bagaimanapun, tidak ada kebijakan menaikkan harga BBM yang disambut baik oleh masyarakat.
Kesalahan-kesalahan di atas memang belum masuk dalam taraf fatal. Namun jika Jokowi tidak berhati-hati, ia bisa saja membuat kesalahan besar dan membuat jabatannya dimakzulkan. Semoga ke depannya presiden bisa lebih bijak dan banyak berkoordinasi dengan bawahan-bawahannya sebelum mengambil keputusan.
No comments: