Perbedaan Kebiasaan Anak-Anak Zaman Dulu dan Kekinian yang Bikin Ngelus Dada
Zaman berganti memang harus disikapi dengan perubahan. Pasalnya kalau tidak maka kita bakal tenggelam dan susah untuk hidup di era yang sedang berjalan. Salah satu contoh misal, di zaman smartphone sudah punya RAM 4 giga seperti sekarang, seharusnya kita sudah tak pakai HP monokrom yang hanya bisa simpan seratus SMS. Internet pun begitu, sudah zamannya 4G kok masih pakai GPRS yang buka google saja hampir 5 menit. Hidup harus menyesuaikan dengan zaman.
Meskipun harus disikapi dengan perubahan, tapi bergulirnya zaman tak harus membuat kita merevisi hal-hal baik yang sudah ada sejak dulu. Dalam hal ini misalkan adalah pergaulan anak-anak. Kalau dulu sih bocah-bocah itu santun dan ceria, sekarang gara-gara sudah dicekoki macam-macam, anak-anak jadi kurang ajar dan songong kalau kata orang Jakarta. Kebiasaan anak-anak zaman sekarang memang bikin miris, apalagi untuk urusan cinta. Beuh, bocah sekarang sudah berani gandeng tangan ke mana-mana, padahal dulu kita pasti tak pernah melakukan itu. Takut hamil katanya.
Masih soal kebiasaan bocah, berikut ini beberapa komparasi anak zaman dulu dan sekarang. Kamu yang generasi tua pasti manggut-manggut setuju ketika membaca ulasan ini, tapi sekaligus miris sendiri melihat fakta bocah sekarang yang berkelakuan sebaliknya.
Anak Dulu Kebanyakan Main, Bocah Sekarang Kenyang Les
Enaknya jadi bocah zaman dulu adalah kita bakal kenyang main. Apa pun yang terjadi, yang penting main dan main. Pulang sekolah main, hari Minggu main, bahkan setelah Magrib pun sempat main lagi. Di satu sisi mungkin bikin kesel ya gara-gara kebanyakan main, tapi dampaknya sendiri bagus buat jiwa anak. Ya, gara-gara banyak main, anak-anak dulu lebih ceria, kreatif, dan nggak gampang frustasi.
Beda dulu beda sekarang. Bocah-bocah tahun milenium ke atas lebih menghabiskan waktunya untuk les dan les. Bagus memang untuk akademik, tapi tidak untuk jiwanya. Menjejali aktivitas harian dengan les secara tak langsung membuat mereka tertekan. Pikiran mereka pun juga capek karena sudah diforsir dari pagi. Mereka mungkin bakal jawara olimpiade matematika, tapi takkan tahu senangnya bermain kelereng.
Gamewatch Versus PSP
Meskipun lebih banyak bermain yang fisik macam gobak sodor maupun kelereng, bukan berarti di zaman dulu nggak ada teknologi gaming. Kalau kamu masih ingat, di era 90an lalu sudah ada berbagai macam konsole. Salah satu yang paling terkenal adalah gamewatch. Dulu alat ini bisa menghadirkan sejuta kesenangan baru yang nggak ada di monopoli atau pun halma. Mainnya pun juga selalu bersama dan ganti-gantian. Sehingga masih kental sekali unsur sosialnya.
Gamewatch masih ada sekarang, tapi perannya benar-benar digantikan penuh oleh PSP. Alat ini mampu menghadirkan game dengan grafis yang jauh lebih mumpuni serta gameplay yang beragam. Memang bagus buat mata, tapi lagi-lagi tidak untuk jiwa. Game ini cenderung bikin anak-anak sekarang lebih suka diam dari para bergerak. Dan tak hanya itu, kadang mereka bisa memainkan game-game yang mengandung banyak unsur negatif. Mulai dari gambar cewek yang pakai baju mini sampai jenis game-game brutal. Gamewatch dulu memang jauh lebih sederhana, tapi setidaknya bisa memberikan hiburan yang benar-benar pas.
Buku Tulis vs Smartphone
Buku kalau bagi anak-anak dulu adalah senjata utama mereka untuk sekolah. Fungsinya bukan hanya untuk media menulis tugas saja, tapi juga mencatat apa-apa yang dibicarakan bapak ibu guru. Kalau kamu masih ingat, dulu dalam seharinya setidaknya ada selusin buku yang harus dibawa ke sekolah. Plus buku LKS dan paketnya sekalian. Benar-benar penuh perjuangan.
Anak-anak sekolah masih seperti ini sebenarnya, sampai akhirnya smartphone datang dan bikin kacau semuanya. Ya, secara tak langsung benda kotak canggih ini mengubah habit-habit baik anak sekolah sekarang. Salah satunya ya mereka lebih memilih memfoto apa yang di papan tulis daripada mencatatnya di buku. Bahkan untuk mencari tahu sesuatu mereka lebih suka bilang “Ok Google” daripada mencarinya secara mendetail di buku paket. Instan dan cepat memang, tapi tidak pernah menancap dengan dalam.
Jalan kaki vs kendaraan bemotor
Meskipun sebenarnya biasa, momen berjalan kaki bersama teman-teman menuju sekolah adalah sesuatu yang sangat menyenangkan. Menikmati waktu pagi dengan obrolan ultramen atau satria baja hitam memang tiada duanya. Belum lagi soal balapan lari ketika pak satpam sekolah sudah bersiap-siap menutup gerbang. Pulang sekolah pun demikian, berjalan kaki menuju rumah masing-masing selalu terasa menyenangkan.
Pemandangan seperti di atas mungkin masih ada, tapi sudah tidak banyak. Sekarang, anak-anak lebih suka pakai motor sendiri ketika ke sekolah. Entah, mungkin mereka tak lagi suka obrolan pagi bersama teman, atau mungkin bahasan sinetron semalam juga tak terlalu menyenangkan. Mungkin pula mereka bawa kendaraan untuk membonceng gebetan dari kelas sebelah. Tidak berlebihan kok, anak sekarang mikirnya sudah sejauh itu.
Hadiah makanan ringan vs voucher game online
Menabung uang saku untuk jajan mungkin terdengar konyol bagi anak sekarang, tapi nyatanya yang seperti ini benar-benar terjadi di masa lalu. Jajan-jajan dulu itu mahal-mahal, makanya belinya harus tabung dulu. Agak gimana memang ya, tapi hal yang semacam ini cukup seru. Selain bisa menikmati kue-kue ciki yang enak itu, kita juga bisa mendapatkan kejutan lain berupa tazoz yang legendaris. Tazoznya sendiri kadang juga jadi motivasi untuk nabung. Tujuannya bisa ngumpulin sebanyak-banyak dan pamer ke teman.
mengumpulkan uang [image source]
Sama seperti bocah-bocah dulu, anak-anak zaman sekarang juga menabung. Tapi tujuan menabungnya beda, bocah sekarang menabung gara-gara ingin beli item di game online atau voucher-voucher lainnya. Di masa sekarang, anak-anak lebih suka main game online daripada tazoz. Mungkin bisa mendapatkan kepuasan visual, tapi mereka takkan punya kenangan tentang bagaimana punya banyak tazoz yang bisa dibentuk jadi pesawat, atau ditembakkan ke angkasa.
Permainan tradisional vs modern
Kebiasaan bermain anak dulu juga beda banget dengan masa sekarang. Kalau dulu lebih banyak main yang fisik-fisik daripada selainnya. Misalnya saja bermain ban bekas, lompat tali, bentengan, kelereng, sampai bermain pelepah pisang di sungai. Capek sih, tapi keceriannya tak terbantahkan. Bahkan memori tentang itu tetap teringat sampai hari ini.
Anak sekarang kadang masih bermain permainan lucu seperti di atas, tapi mayoritas sudah beralih ke yang digital-digital, macam playstation sampai game online di warnet. Memang seru sih, tapi dampaknya jelek. Selain bikin otot susah kembang gara-gara kebanyakan duduk, mereka juga jadi tidak beretika. Coba sebutkan warnet mana yang tak ada bocahnya yang ketika main game teriak-teriak sambil sebut nama-nama binatang. Hampir pasti ada yang semacam ini. Kalau main ban, mau mengumpat bagaimana? Kalau kena bapak sih sih baru iya, itu pun beliau yang marah-marah.
Seperti inilah kenyataannya sekarang. Kebiasaan bocah-bocah sudah banyak berubah dari zaman dulu. Beberapa mungkin bagus, tapi kebanyakan juga tidak. Akan sangat susah bagi kita untuk mengarahkan mereka seperti apa yang dulu pernah dilakukan generasi tua. Jadi yang bisa dilakukan adalah pantau dan sesuaikan. Seperti main layangan saja, ada kalanya perlu ditarik kadang juga perlu dibiarkan biar makin tinggi. Seperti itulah..
No comments: