5 Tokoh NU yang Jasanya Tak Terbantahkan untuk Indonesia
Siapa yang tidak mengetahui organisasi islam sekelas Nahdlatul Ulama (NU). Organisasi yang lahir pada tahun 1926 ini semakin lama semakin banyak saja pengikutnya. Meskupun tergolong organisasi yang ‘sepuh’ namun NU masih memiliki pengaruh yang besar bagi Indonesia. Pengaruh NU tersebut tentunya bukan hanya ada saat kepemimpinan K.H. Hasyim Asy’ari saja, karena hampir semua petinggi NU memiliki peran besar pada masanya.
Bila kita menyebut nama Abdurrahman Wahid, tentu saja sudah tidak dapat dielakkan lagi pengaruh besarnya. Namun tahukah kamu siapa saja nama lain dari NU yang berjasa bagi Indonesia? Mungkin hanya sedikit yang bisa menjawab pertanyaan ini ya karena sepertinya memang hanya dua nama tadi yang sering disebut. Nah di bawah ini ada lima tokoh NU yang menorehkan jasa untuk Indonesia yang dilansir dari berbagai sumber.
KH Idham Chalid
Dr. KH. Idham Chalid merupakan sosok yang memulai karirnya di NU sejak tahun 1952 dengan aktif di Gerakan Pemuda Ansor (organisasi kepemudaan di bawah NU). Tokoh kelahiran Kalimantan Selatan ini memiliki karir politik yang sangat cemerlang, antara lain beliau pernah menjabat sebagai Menteri Kesejahteraan Rakyat dan Menteri Sosial di era Soeharto.Beliau juga pernah menjadi ketua DPR, MPR, DPA, serta wakil perdana menteri II pada Kabinet Ali Sastroamidjojo.
KH Idham Chalid juga dikenal akan kefasihannya berbicara menggunakan berbagai macam bahasa, salah satunya Jepang. Karena itulah kemudian pihak Jepang sering memintanya untuk jadi penerjemah dalam pertemuan dengan ulama. Karena sepak terjangnya di dunia politik Indinesia itu, beliau diangkat menjadi pahlawan nasional Indonesia pada 2011 lalu.
KH Moh Tolhah Mansoer
Para sarjana hukum pasti tidak asing dengan nama ulama yang satu ini. KH Moh Tolhah Mansoer merupakanan tokoh NU yang juga disebut sebagai ahli hukum tata negara di Indonesia. Kyai Tolhah merupakan sosok yang berani menyuarakan adanya hal yang tidak beres dalam sistem tata negara Indonesia pasca dikumandangkannya proklamasi.
Cara Tolhah menyuarakan hal tersebut adalah melalui disertasinya yang berjudul “Pembahasan Beberapa Aspek tentang Kekuasaan-Kekuasaan Eksekutif dan Legislatif Negara Indonesia”. Sampai saat ini karya-karya Tolhah menjadi rujukan bagi banyak ahli hukum tata negara lainnya. hal tersebut dikarenakan karya Tolhah yang selalu dilahirkan di tengah gelombang liberalisasi dan otoritarianisme eksekutif di Indonesia.
Asa Bafaqih
Bila Kyai Tolhah dikenal sebagai ahli hukum tata negara Indonesia, Asa Bafaqih ini dikenal sebagai wartawan sekaligus diplomat yang jadi andalan Indonesia. Pria yang juga dikenal dengan nama panggilan Wan Asa ini merupakan salah satu jurnalis untuk media Nahdatul Ulama yang pernah menjadi pimpinan redaksi Antara.
Pada masa kemerdekaan Indonesia, Wan Asa diberi kepercayaan oleh Adam Malik untuk menyisipkan berita tentang kemerdekaan Indonesia dalam kantor berita Jepang yang bernama Domei (sebelum berganti nama menjadi Antara). Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, Asa Bafaqih diangkat menjadi duta besar di Srilangka yang dinilai sukses oleh banyak orang.
KH R. As’ad Syamsul Arifin
Kyai As’ad Syamsul Arifin ini pernah menjadi Dewan Penasihat Pengurus Besar Nahdlatul Ulama hingga akhir hayat. Kyai As’ad juga memiliki darah bangsawan yang diwariskan dari kedua orang tuanya yang masih keturunan dari Sunan Ampel dan Sunan Kudus. Beliau baru saja diberi gelar sebagai pahlawan nasional Indonesia tahun lalu oleh Presiden Jokowi.
Gelar tersebut diberikan kepada KH R. As’ad Syamsul Arifin atas keberaniannya mengusir penjajah yang sempat menguasai daerah Tapal Kuda. Saat masa penjajahan, beliau mampu mengorganisir kelompok bandit di daerah Pasuruan, Lumajang, Probolinggo, Bondowoso, Situbondo, Jember, dan Banyuwangi untuk diajak berjuang sampai akhirnya para penjajah di daerah tersebut mundur.
KH Saleh Lateng
Banyuwangi juga memiliki sosok kyai yang berjasa bagi pembangunan Indonesia saat jaman pertama kemerdekaan. KH Saleh Lateng dikenal karena keberaniannya memimpin pasukan laskar rakyat saat penyerbuan terbuka ke di Surabaya. Nama KH Saleh Lateng juga tidak bisa dipisahkan dari proses pembangunan kementrian agama di Indonesia.
Saat proses berdirinya NKRI, KH. Wahid Hasyim selaku menteri agama Republik Indonesia yang pertama mencari kitab yang akan digunakan untuk pedoman pembentukan kementrian agama. Kitab yang dicari tersebut ternyata disimpan oleh KH Salet Lateng, dan mendengar kabar tersebut beliau memberikannya pada KH. Wahid Hasyim.
KH Idham Chalid, KH Tolhah Mansoer, Asa Bafaqih, KH R. As’ad Syamsul Arifin, dan KH Saleh Lateng adalah beberapa tokoh Nahdlatul Ulama yang sudah memberikan sumbangsih bagi bangsa Indonesia namun kurang begitu dikenal oleh masyarakat Indonesia secara luas. Bagaimana dengan kalian? Apakah termasuk orang yang peduli dengan sejarah atau malah sebaliknya?
No comments: