6 Panti Asuhan di Dunia yang Memperlakukan Anak Asuhnya dengan Kejam
Bayangan kita saat mendengar panti asuhan adalah rumah besar berisikan anak-anak yang mendapatkan kasih sayang dan perawatan dari pengasuh mereka. Beberapa mungkin kekurangan dana untuk makan enak. Tapi kepedulian pengurus yayasan biasanya bisa mengobati kekurangan-kekurangan yang dirasakan anak-anak asuh. Image panti asuhan memang selalu menyenangkan karena ada tawa anak-anak di sana.
Umumnya, panti asuhan memang jadi tempat yang penuh keceriaan terlepas dari segala kekurangan yang ada di sana. Namun, ditemui dalam banyak kasus, rumah yatim piatu yang justru berkelakuan sebaliknya. Alih-alih menjaga anak-anak dengan baik, para pengurus malah melakukan hal-hal tak manusiawi, macam menyiksa atau melakukan hal-hal tak pantas lainnya.
Sejarah mencatat ada beberapa panti asuhan yang seperti itu. Dan setelah ketahuan belangnya, panti asuhan ini pun dikecam, beberapa bahkan langsung ditutup.
Panti Asuhan Tekakwitha, Amerika Serikat
Tekakwitha berdiri di Amerika Serikat pada tahun 1940an dan berhenti beroperasi pada tahun 1970an. Panti asuhan ini memang sudah ditutup, bahkan gedungnya sudah dibongkar. Namun ini tidak bisa mengobati luka anak-anak asuh yang dulu pernah disiksa di sana. Seorang korban, Howard Wanna masih bisa melihat kekerasan yang ia terima saat masih tinggal di panti asuhan tersebut. Ia mengaku pernah menjadi korban sodomi di tahun 1950an yang dilakukan oleh pendeta John Pohlen dan oleh suster yang mengasuhnya. Ia mendeskripsikan bekas tempat tinggalnya itu sebagai film horor.
Panti Asuhan Nanning, Tiongkok
Pada tahun 1990an, beberapa panti asuhan di Tiongkok terjerat kasus penganiayaan terhadap anak asuhnya. Salah satunya yang terparah adalah Panti Asuhan Nanning yang terletak di wilayah Guangxi. Pada tahun 1993, koran South China Morning Post melaporkan bahwa 90 persen anak perempuan yang tinggal di sana telah tewas. Menurut Tom Hilditch, seorang jurnalis Hong Kong, peristiwa ini mungkin berhubungan dengan budaya Tiongkok yang lebih mengunggulkan anak laki-laki dibanding anak perempuan. Saat diberlakukannya kebijakan satu anak, orang tua yang melahirkan anak perempuan mengirimkan bayinya ke panti asuhan. Sementara itu, di panti asuhan, keberadaan anak perempuan pun tidak dihargai.
Rumah Ungerini, Rumania
Seorang anak asuh yang diadopsi dari Rumah Ungerini harus menjalani 13 operasi untuk menyembuhkan kecacatan yang ia derita akibat penyiksaan. Ia kemudian menceritakan apa yang terjadi di panti asuhan itu. Ia menghabiskan masa kanak-kanaknya dengan dipasung di ranjang bayi dengan kawannya yang kemudian meninggal karena penganiayaan.
Panti Asuhan Mazanovsky, Rusia
Jika bukan karena seseorang yang mengunggah video berisi kekerasan di Panti Asuhan Mazanovsky, mungkin hingga saat ini anak-anak asuh di sana masih mengalami penyiksaan. Video itu menayangkan dua orang pengasuh yang mencambuk dan menendang tujuh anak laki-laki. Seorang staff mengatakan ia pernah melaporkan kejadian kekerasa di panti asuhan ini namun tidak ditindaklanjuti oleh pemerintah.
Panti Asuhan St Joseph, Neerkol, Australia
Pemerkosaan terjadi berulang-ulang di panti asuhan ini. Kejadiannya memang sangat lama, yaitu tahun 1950an. Namun korban baru saja berani mengutarakan kekejaman yang menimpanya saat itu. Tidak hanya anak-anak, karyawan perempuan pun menjadi korban kejahatan seksual yang dilakukan oleh pendeta yang memimpin panti asuhan itu. Setelah diperkosa, mereka dipaksa mengaku berdosa karena tidak bisa menjaga kesucian mereka.
Panti Asuhan di Quebec, Kanada
Kasus ini tidak hanya terjadi pada satu, namun hampir semua panti asuhan yang ada di kota Quebec, Kanada. Pada tahun 1940-1950an, pemerintah Kota Quebec hanya memberikan bantuan pada panti asuhan sebanyak $1,5 untuk sehari. Jumlah itu sangatlah kecil dan tidak bisa mencukupi kebutuhan panti asuhan. Sementara itu, pemerintah memberikan bantuan sebesar $ 2,75 sehari pada pasien gangguan jiwa. Akhirnya, pengelola panti asuhan bekerja sama dengan dokter memberikan diagnosa penyakit jiwa yang berbeda-beda pada setiap anak supaya mereka mendapat bantuan yang lebih besar. Untuk meyakinkan bahwa anak-anak tersebut memang mengalami gangguan jiwa, panti asuhan tidak menyekolahkan mereka dan mengurung mereka di dalam gedung.
Panti asuhan semestinya menjadi rumah yang penuh kasih sayang bagi anak-anak yang kurang beruntung karena tidak memiliki orang tua. Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga, anak-anak yang menjadi korban penyiksaan di panti asuhan terus kemalangan bertubi-tubi. Mudah-mudahan yang seperti ini tidak terjadi lagi, lebih-lebih di Indonesia.
No comments: